thumb

HAKIKAT KEHIDUPAN DUNIA

Kaum Muslimin yang dirahmati Allah,

Sesungguhnya kehidupan dunia ini hanyalah sementara. Dunia adalah tempat ujian, bukan tempat tinggal abadi. Allah Subḥānahu wa Ta‘ālā dan Rasul-Nya ﷺ telah menggambarkan dunia dengan berbagai perumpamaan yang menunjukkan rendahnya nilai dunia dibandingkan dengan akhirat. Maka sudah sepatutnya kita merenungkan hakikat kehidupan ini dan tidak tertipu oleh gemerlapnya.

Dunia Itu Rendah dan Sementara

Kata dunya berasal dari kata dana-yadnu, yang berarti “rendah” atau “dekat”. Dunia disebut demikian karena ia adalah kehidupan yang rendah nilainya dan dekat ajalnya. Ia tampak indah, namun sejatinya adalah tipuan belaka.

Allah Subḥānahu wa Ta‘ālā berfirman:

 فَمَا مَتَاعُ الْحَيَاةِ الدُّنْيَا فِي الْآخِرَةِ إِلَّا قَلِيلٌ

"Kesenangan kehidupan dunia ini dibandingkan dengan akhirat hanyalah sedikit."

(QS. At-Taubah: 38)

Dalam ayat lain, Allah menjelaskan hakikat dunia sebagai permainan dan senda gurau:

 وَمَا هَٰذِهِ الْحَيَاةُ الدُّنْيَا إِلَّا لَهْوٌ وَلَعِبٌ ۚ وَإِنَّ الدَّارَ الْآخِرَةَ لَهِيَ الْحَيَوَانُ ۚ لَوْ كَانُوا يَعْلَمُونَ

"Dan kehidupan dunia ini hanyalah senda gurau dan permainan. Dan sesungguhnya negeri akhirat itulah kehidupan yang sebenarnya, sekiranya mereka mengetahui."

(QS. Al-‘Ankabūt: 64)

Celaan Allah dan Rasul-Nya terhadap Dunia

Kaum Muslimin, Allah dan Rasul-Nya mencela dunia karena ia memperdaya manusia dan melalaikan mereka dari akhirat. Dunia hanyalah perhiasan yang akan sirna.

Rasulullah ﷺ bersabda:

 أَلَا إِنَّ الدُّنْيَا مَلْعُونَةٌ، مَلْعُونٌ مَا فِيهَا، إِلَّا ذِكْرَ اللَّهِ وَمَا وَالَاهُ، وَعَالِمًا أَوْ مُتَعَلِّمًا

"Ingatlah, dunia itu terlaknat, terlaknat pula apa yang ada di dalamnya, kecuali dzikir kepada Allah dan yang mendukungnya, serta orang yang berilmu dan penuntut ilmu."

(HR. Tirmidzi)

Dalam hadits lain, Rasulullah ﷺ memberikan perumpamaan dunia lebih hina dari bangkai kambing:

 فَوَاللَّهِ لَلدُّنْيَا أَهْوَنُ عَلَى اللَّهِ مِنْ هَذَا عَلَيْكُمْ

"Demi Allah, dunia lebih hina di sisi Allah daripada bangkai anak kambing ini bagi kalian."

(HR. Muslim)

Dunia Sebagai Ujian dan Fitnah

Kaum Muslimin, sesungguhnya dunia adalah fitnah, ujian terbesar yang menimpa umat manusia. Harta, tahta, dan jabatan sering menjadi sebab kebinasaan seseorang.

Nabi ﷺ bersabda:

 إِنَّ لِكُلِّ أُمَّةٍ فِتْنَةً، وَفِتْنَةُ أُمَّتِي الْمَالُ

"Sesungguhnya setiap umat memiliki fitnah, dan fitnah umatku adalah harta."

(HR. Tirmidzi, Ahmad)

Beliau juga bersabda:

 إِنَّ مِمَّا أَخَافُ عَلَيْكُمْ مَا يُفْتَحُ اللَّهُ عَلَيْكُمْ مِنْ زَهْرَةِ الدُّنْيَا وَزِينَتِهَا

"Sesungguhnya yang paling aku khawatirkan atas kalian adalah terbukanya harta dunia dan perhiasannya."

(HR. Bukhari, Muslim)

Bahkan, orang-orang sebelum kita dibinasakan karena ketamakan terhadap harta:

 إِنَّمَا أَهْلَكَ مَنْ كَانَ قَبْلَكُمُ الدِّينَارَ وَالدِّرْهَمَ، وَهُمَا مُهْلِكَانِكُمْ

"Sesungguhnya yang membinasakan umat sebelum kalian adalah dinar dan dirham. Dan keduanya akan membinasakan kalian juga."

(HR. Al-Bazzar)

Dunia Tidak Akan Menemani ke Alam Kubur

Apapun yang kita miliki di dunia ini keluarga, harta, pangkat semuanya akan ditinggalkan. Yang akan menemani kita hanyalah amalan.

Rasulullah ﷺ bersabda:

 يَتْبَعُ الْمَيِّتَ ثَلَاثَةٌ: أَهْلُهُ وَمَالُهُ وَعَمَلُهُ، فَيَرْجِعُ اثْنَانِ، وَيَبْقَى وَاحِدٌ، يَرْجِعُ أَهْلُهُ وَمَالُهُ، وَيَبْقَى عَمَلُهُ

"Mayit diiringi oleh tiga hal: keluarganya, hartanya, dan amalnya. Dua kembali dan satu tinggal bersamanya. Keluarga dan hartanya akan kembali, dan yang tinggal bersamanya adalah amalnya."

(HR. Bukhari dan Muslim)

Dunia Hanya Persinggahan

Rasulullah ﷺ mengingatkan kita bahwa dunia hanyalah tempat singgah, bukan tempat tinggal:

 مَا لِي وَمَا لِلدُّنْيَا؟ إِنَّمَا أَنَا كَرَاكِبٍ اسْتَظَلَّ تَحْتَ شَجَرَةٍ ثُمَّ رَاحَ وَتَرَكَهَا

"Apa urusanku dengan dunia? Sesungguhnya aku hanyalah seperti seorang pengendara yang berteduh di bawah pohon, kemudian ia pergi meninggalkannya."

(HR. Ahmad)

Beliau juga bersabda:

 كُنْ فِي الدُّنْيَا كَأَنَّكَ غَرِيبٌ، أَوْ عَابِرُ سَبِيلٍ

"Jadilah engkau di dunia seperti orang asing atau seorang pengembara."

(HR. Bukhari)

Wahai kaum Muslimin, setelah memahami semua ini, apakah kita masih akan terpedaya oleh dunia? Apakah kita akan terus mengejar yang fana dan melupakan yang abadi?

Marilah kita jadikan dunia ini sebagai ladang amal, bukan tujuan akhir. Sungguh, keberuntungan yang sejati adalah ketika kita datang menghadap Allah dengan hati yang bersih dan amalan yang tulus.

 وَالْآخِرَةُ خَيْرٌ وَأَبْقَى

"Sedangkan akhirat itu lebih baik dan lebih kekal."

(QS. Al-A‘lā: 17)


Mashudi Malik, S.Ag., M.Pd.

(Alumni STDI Imam Syafi’i Jember, dan Pengajar di Ma'had Ibnu Mas'ud Balikpapan)



Komentar

blog comments powered by Disqus